Senin, 29 Juni 2009

Kampanye Negatif atau Kampanye Hitam ?*

*Postingan kali ini tidak ada maksud untuk mendukung atau menghujat salah satu pihak. Tapi bila ada yang tersinggung, jangan marah yah! Jangan dituntut. gue kan cuma mengutarakan apa yang ada di benak gue. Piss, lope, en geol! :)



Jadi begini, beberapa hari yang lalu gue membaca salah satu headline di Kompas dengan judul "Semua Diterpa Kampanye Negatif". Dalam artikel itu disebutkan bahwa para kandidat sedang diterpa oleh kampanye hitam/kampanye negatif.


Sebenarnya, apakah kampanye hitam/kampanye negatif ?


Hampir sebagian orang beranggapan bahwa kampanye hitam (black campaign) dapat pula disebut dengan kampanye negatif (negative campaign) yaitu penghinaan, menyebarkan gosip, rumor, isu, salah satu pasangan Capres-Cawapres.


Adapun beberapa contoh kampanye hitam yang terjadi pada masa kampanye kali ini adalah sebagai berikut :

  • Mega yang pernah menjual aset negara ketika berkuasa
  • Prabowo berkewarganegaraan ganda
  • Prabowo dan Wiranto yang pernah melakukan pelanggaran HAM di masa lalu
  • Sistem neoliberalisme yang dianut SBY
  • SBY yang menggunakan "jingle" sebuah produk makanan untuk kampanye
  • Pada masa pemerintahan SBY, utang luar negerimenjadi terus meningkat
  • JK yang diduga akan melakukan KKN jika menjadi presiden
  • Bahaya kapitalis rambut hitam jika JK terpilih

Tapi, menurut beberapa sumber yang gue baca, ternyata kampanye negatif tidaklah sama dengan kampanye hitam. Secara umum, kedua jenis kampanye memang sama. tapi hal yang paling membedakan ialah mengenai isi yang dikampanyekan. Kampanye negatif adalah suatu hal yang faktual dan dapat dipertanggungjawabkan, sedangkan kampanye hitam adalah sebuah hal yang merupakan isapan jempol belaka dan hanya sebuah gosip.


Kampanye negatif merupakan salah satu cara yang digunakan para kandidat dalam suatu pemilihan di samping kampanye yang mempertunjukkan kelebihan dan kesuksesan dari kandidat. Kampanye negatif adalah salah satu cara dalam menarik simpati dari para pemilih, namun kampanye negatif ini bagaikan pisau bermata dua. Mengapa ?


Sebagai contoh ialah kandidat X dan Y. Jika kandidat X melakukan kampanye negatif dengan mengungkap segala kekurangan yang dimilki oleh kandidat Y di depan publik, entah itu secara terang-terangan dalam pidato/debat maupun melalui iklan media cetak atau elektronik. Maka akan muncul dua kemungkinan :

Pertama, pemilih akan lebih memilih kandidat Y yang merupakan pihak "korban". Sebagaimana kita tahu, tingkat pendidikan di Indonesia sendiri belum begitu tinggi, sehingga banyak masyarakat lebih menggunakan perasaan semata dalam memilih ketimbang pengetahuan mereka terhadap para kandidat.

Kedua, pemilih akan memilih memilih kandidat X. Kemungkinan hal ini tergolong sangat kecil dan terkadang mustahil. Namun jika kandidat X dapat memberikan data yang faktual serta dapat dipertanggungjawabkan dalam melakukan kampanye negatif tersebut, maka harapan kandidat X untuk meningkatkan jumlah pendukung kemungkinan dapat terjadi.


Menurut pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lili Romli mengatakan bahwa sebenarnya kampanye negatif bukanlah hal yang buruk. Kampanye negatif sendiri dapat berguna untuk mencerdaskan para pemilih dan kritis terhadap kelemahan calon pemimpin pilihan mereka nanti.


Gue juga setuju dengan pendapat (Mbak atau Mas ya?) Lili Romli tersebut. Menurut gue, kampanye negatif juga dapat menstimulasi para pemilih untuk menjadi pemilih aktif sehingga akan mencari tahu mengenai kebenaran tentang kelemahan yang dimiliki oleh para kandidat tersebut.


Sekali lagi, kampanye negatif memang salah satu alternatif dalam meraih dukungan pada pemilu. Namun ada baiknya, unsur SARA janganlah sampai tersentuh atau bahkan ikut dalam kampanye negatif ini. Menurut gue, SARA adalah sesuatu hal yang sangat sensitif.


Sebagai contohnya ialah adanya selebaran yang (KATANYA) dilakukan oleh tim sukses kandidat 3 yang mengatakan bahwa istri-istri dari kandidat 2 tidak berjilbab dan salah satu istrinya merupakan penganut Katholik. Selain itu adanya sekelompok golongan yang mewajibkan para pemilih untuk memilih kandidat dari suatu hal tertentu, sebagai contoh ialah Islam.


Okay, gue emang muslim, tapi


JANGAN PERNAH MEMBAWA ISLAM KE DALAM POLITIK


Sumpah demi ALLAH SWT, gue sempet sebel dan bertanya-tanya "kok ada aja yang membuat kampanye yang membawa-bawa agama?" Gue tau emang hampir sebagian pemilih di Indonesia adalah orang Islam. Tapi Indonesia ini adalah negara multikultur dan bukan negara Islam. Ada agama lain seperti Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu yang terdapat di Indonesia.


Gue secara pribadi lebih rela memilih seorang pemimpin yang non-Islam tetapi cara berpikirnya tidak kaku melainkan dapat merangkul semua golongan, daripada memilih seorang pemimpin muslim yang selalu melihat dari sudut pandang dirinya saja. Padahal setau gue, Nabi Muhammad SAW selama hidupnya juga merangkul semua golongan, termasuk para kaum Kafir.


So, masih ada sekitar 2 minggu lagi bagi kalian para pemilih, jadi usahakan untuk mencari-cari tau tentang kandidat-kandidat yang akan kalian pilih. Baik itu kelebihan, kelemahan, visi maupun misinya.


Gunakan hak pilih kalian, karena suara kalian mempengaruhi masa depan bangsa Indonesia untuk 5 tahun ke depan.


Inga Inga! Tanggal 8 Juli! Ting *dengan kedipan maut ditambah logat Ambon!


Sekian postingan yang cukup berat ini gue buat. (Jarang-jarang lho gue nulis kayak begini! hahaha)


Hope you like it! :)



*ps : Few days ago, I found some great blog, This blog explain about phenomena that still become mystery. It's Quite interesting.


CUPCUPWAUWAU

2 komentar:

Unknown mengatakan...

like this !:)
inga inga 8 juliiii..hihihih

Boim Harvens mengatakan...

thanks dil!
haha